APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI INDIKATOR DASAR PERTANIAN BERKELANJUTAN
Tugas
Terstruktur Sistem Informasi Geografis
Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas
Pembangunan Naional Veteran Jawa Timur
Aplikasi
Sistem Informasi Geografis Sebagai Indikator Dasar Pertanian Berkelanjutan
(Ach. Rifaldi Maulana Rahman /
20025010110)
Pendahuluan
Pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan pangan dianggap sebagai kebutuhan
pokok karena jika tidak terpenuhi, kehidupan manusia dapat dianggap tidak
berharga. Pengisian makanan sangat penting karena menentukan kualitas sumber
daya manusia. Saat ini permasalahan lahan garapan di Indonesia adalah alih
fungsi pertanian pangan khususnya persawahan dan peruntukan lainnya yang
merupakan fenomena hampir di setiap daerah. Dampak perubahan lahan termasuk
ancaman terhadap ketahanan pangan. Untuk industri pertanian pangan, air adalah
faktor produksi pertama dan sangat diperlukan. Tidak seperti penurunan hasil
sementara karena kerusakan dan penyakit, kekeringan, banjir dan banyak lagi,
penurunan hasil karena konversi lahan bersifat permanen dan sulit untuk
diperbaiki. Jika dibiarkan, konversi yang meluas akan mempengaruhi produksi
beras.
Lahan pertanian
pangan berkelanjutan adalah suatu sistem dan proses untuk merencanakan dan
menetapkan, mengembangkan, mendaur ulang dan mempromosikan, mengendalikan dan
memantau lahan pertanian pangan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Alih
fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional
karena konversi lahan sulit dicegah dan dampaknya terhadap masalah pangan
bersifat persisten, kumulatif dan meningkat. Tanah potensial subur dan dapat
menghasilkan hasil yang tinggi jika dikelola dengan baik. Potensi lahan
memiliki implikasi penting bagi penggunaan dan pengelolaan lahan. Penggunaan
lahan harus sesuai dengan potensi lahan. Tanah dan potensi persawahan
menggambarkan keadaan yang ideal dan cocok untuk persawahan. Padi yang ditanam
di persawahan memiliki potensi yang tinggi, sehingga memiliki kemampuan untuk
menghasilkan beras yang bermutu tinggi, berdaya hasil tinggi dan bernilai
ekonomis tinggi. Potensi situs memiliki beberapa parameter pendukung seperti
kemiringan lereng, jenis batuan, jenis tanah, hidrologi, dan kerentanan bencana
sebagai faktor pembatas.
Sawah di daerah
dengan potensi tanah yang tinggi akan menghasilkan hasil padi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lahan dengan potensi tanah yang rendah. Batas setiap
potensi lahan dapat ditentukan dengan pemodelan spasial menggunakan metode yang
dapat mengolah dan menganalisis data spasial dan atribut untuk menghasilkan
peta indeks potensi lahan (IPL). Penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG)
dapat digunakan untuk menganalisis potensi daya tarik wisata Belanda dengan
mengolah data parameter indeks potensi lahan yang ditumpangkan pada peta saja,
angka potensi tanah kemudian di-overlay dengan peta sebaran gin. peta sawah dan
peta sawah. Oleh karena itu, kami berharap melalui penerapan Sistem Informasi
Geografis (SIG), kami dapat berkontribusi dalam perkembangan teknologi
informasi untuk dapat mewujudkan kawasan pangan yang berkelanjutan, khususnya
dalam bentuk peta tematik klasifikasi sawah.
Tanaman
Padi dan Beras
Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil beras terbesar di dunia (Oryza sativa). Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya
seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Pertanian merupakan sektor
yang penting dalam memenuhi kebutuhan pangan. Permintaan pangan, khususnya
beras, dan jumlah pangan yang cukup merupakan kebutuhan dasar untuk menjamin
keamanan dan keamanan pangan. Oleh karena itu, beras merupakan produk utama
dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi Indonesia. Turunnya harga
pangan menyeimbangkan pertumbuhan penduduk dengan kebutuhan akan sumber daya
pangan. Padi adalah tanaman rumput – rumputan dari genus Oriza Linn dan
termasuk dalam kelompok rumput. Menurut cara budidayanya, padi (Oryza sativa L.) dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu padi belanda dan padi gogo (padi sawah). Tanaman padi
membutuhkan tanah atau tanah yang melimpah selama musim tanam. Padi juga dapat
digunakan untuk menyebut spesies yang berbeda dari genus yang sama atau biasa
disebut dengan padi liar. Upaya peningkatan pariwisata dataran rendah di
Indonesia pada dasarnya dibarengi dengan peningkatan upah per satuan luas (pertanian
intensif) dan perluasan areal budidaya (ekspansi).
Beras merupakan salah satu makanan yang sangat
penting terutama di Indonesia. Beras merupakan makanan pokok masyarakat
Indonesia yang dapat diolah menjadi nasi. Beras merupakan sumber utama
karbohidrat di Benua Asia. Benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi
beras jauh lebih sedikit dibandingkan daratan Asia.
Ketahanan
Pangan
Ketahanan
pangan adalah keadaan terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari
ketersediaan pangan dari segi kuantitas dan kualitas, keamanan, pemerataan dan
keterjangkauan. Ketahanan pangan merupakan isu penting dan strategis karena
pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada negara yang dapat
mencapai pembangunan berkelanjutan tanpa ketahanan pangan. Pertanian
berkelanjutan memiliki beberapa prinsip: (a) penggunaan sistem input eksternal,
yaitu metode produksi yang produktif, efisien, hemat biaya dan penggunaan
sistem input industri, industri, (b) memahami dan menghargai kearifan lokal,
dan melibatkan lebih banyak petani dalam pengelolaan sumber daya alam. ; sumber
daya. dan pertanian, c) Mempromosikan konservasi sumber daya alam yang
digunakan dalam sistem produksi.
Lahan
Tanah
dapat didefinisikan sebagai lingkungan fisik termasuk iklim, dukungan, tanah,
air dan vegetasi dan benda-benda di atasnya jika mempengaruhi konsumsi lahan.
Di perkotaan, permintaan sarana dan prasarana menyebabkan terbatasnya
persediaan pangan dan tingginya harga komoditas. Sumber daya lahan di Indonesia
berasal dari sejumlah besar lokasi konstruksi atau toko. Peningkatan pertumbuhan
dan pembangunan penduduk mengganggu pertumbuhan penduduk dan keseimbangan
pangan. Lahan pangan sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan penduduk.
Penilaian
Tanah dan Kesesuaian Lahan
Penilaian
tanah adalah proses penilaian aset tanah untuk penggunaan tertentu, kerangka
dasar penilaian tanah yang mengatur kualitas unit tanah dengan kondisi yang
diperlukan untuk penggunaan tertentu. Proses penilaian lahan terutama
didasarkan pada kenyataan bahwa penggunaan lahan yang berbeda memiliki
persyaratan yang berbeda, informasi yang dibutuhkan dalam penilaian lahan
mencakup tiga aspek utama: lahan, penggunaan lahan dan penggunaan lahan, lahan
dan aspek ekonomi. Kualitas tanah adalah sifat kompleks dari karakteristik atau
atribut tanah. Setiap dampak pada kualitas tanah tidak selalu terbatas pada
satu jenis penggunaan. Kualitas tanah yang sama dapat mempengaruhi banyak jenis
penggunaan. Jenis penggunaan lahan dipengaruhi oleh kualitas tanah yang
berbeda. Misalnya, risiko erosi dipengaruhi oleh sifat tanah, kondisi tanah
(kemiringan), dan iklim atau curah hujan.
Sifat-sifat tanah
adalah sifat-sifat tanah yang dapat diukur atau diprediksi. Karakteristik tanah
yang digunakan adalah: suhu udara, curah hujan, periode kering, kadar air,
drainase, tekstur, bahan baku, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation lempung,
kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, dalam. erosi
belerang, banjir, permukaan batu dan batu potong. Kelas (lapisan) ramah tanah,
kelas satu, kelas sangat sesuai (S1), menunjukkan kesesuaian tanah, adalah
tanah yang tidak memiliki hambatan serius terhadap pemanfaatan berkelanjutan
tertentu atau hanya batas yang kurang penting dan tidak berpengaruh nyata
terhadapnya. Itu tidak memberikan masukan dari apa yang biasanya dilakukan di
tanah dan produksi yang subur. Kedua, Tingkat Kecukupan (S2) adalah tanah
dengan faktor pembatas yang relatif berat mempengaruhi kesuburan tanah dan
membutuhkan input tambahan, tetapi dapat diatasi oleh petani. Ketiga, kelas
kebugaran marginal (S3) adalah tanah dengan faktor pembatas yang sangat ketat
bila digunakan untuk tujuan tertentu. Keempat, Kelas Tidak Sesuai (N1) saat ini
adalah negara di mana hambatannya sangat sulit diatasi, tetapi masih dapat
diatasi, tetapi tidak dikembangkan dengan biaya yang wajar mengingat tingkat
pengetahuan saat ini.
Terakhir, kelas yang
tidak kompatibel secara permanen (N2) adalah lapisan draw yang sangat terbatas,
sehingga tidak dapat digunakan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan
adalah gambaran kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Grading kesesuaian
tanah adalah penilaian dan pengelompokan tanah untuk menentukan kesesuaiannya
untuk tanaman tertentu, seperti kesesuaiannya untuk budidaya padi. Penilaian
teritorial dapat didefinisikan sebagai proses penilaian penggunaan lahan pada titik
waktu tertentu. Penilaian Tanah adalah cara menilai penggunaan tanah terhadap
persyaratan fasilitas tertentu, sehingga diharapkan menghasilkan keuntungan.
Potensi
Lahan
Produktivitas
suatu negara ditentukan oleh kesuburan tanah, dan juga oleh metode pertanian
seperti pemupukan, pengolahan tanah, irigasi, dan pengembalian bahan organik.
Selain itu, kualitas tanah dipengaruhi oleh perbedaan spasial dalam sistem
tanam, jenis tanah, dan topografi atau ketinggian. Sifat dan kemampuan masing-masing
jenis tanah berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Agar suatu negara
berfungsi dengan baik, ia harus melakukan yang terbaik. Penggunaan lahan harus
meningkatkan kehidupan masyarakat. Harus ada rencana bagaimana masyarakat akan
menggunakan potensi lahan mereka dan mengelolanya dengan baik, termasuk
menggunakan lahan yang sesuai dengan tingkat kepemilikan lahan untuk penggunaan
tertentu. Indeks Potensi Tanah adalah upaya untuk mengevaluasi tanah menurut
potensinya. Indeks potensi lahan adalah proses yang menghubungkan lahan untuk
penggunaan umum, dinyatakan secara numerik. Indeks Potensi Lahan (IPL)
menunjukkan potensi relatif lahan untuk penggunaan umum.
Sistem
Informasi Dalam Pertanian
Teknologi
informasi adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi global di masa depan.
Teknologi informasi juga dianggap sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan pendidikan dan informasi bagi semua orang. Pengetahuan
adalah sumber daya penting dalam pertanian modern. Perkembangan komputer dan
kemajuan teknologi komunikasi memberikan kesempatan kepada petani untuk
memperoleh informasi ekonomi dan teknis secara cepat dan menggunakannya secara
efektif dalam proses pengambilan keputusan. Pelaku pembangunan pertanian harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang inovasi pertanian sebagai dasar
strategi mereka untuk merencanakan dan mengevaluasi pengembangan sektor
pertanian lebih lanjut. Pengembangan sistem informasi pertanian memerlukan
dukungan data yang memadai, pengetahuan yang baik serta layanan data dan sistem
informasi. Dengan pengetahuan yang baik, dimungkinkan untuk melacak dan
menyebarkan informasi pertanian dengan cepat, akurat dan murah. Sistem
informasi perlu dikembangkan untuk menjamin koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan Kementerian Pertanian dan swasta.
Sistem
Informasi Geografis
Sistem
informasi geografis berguna untuk mengidentifikasi komunitas atau kumpulan
pengetahuan tertentu. Sistem informasi geografis adalah informasi yang ditampilkan
dalam bentuk peta geografis. Sistem informasi geografis juga biasa digunakan
untuk mendeteksi situasi yang berbeda seperti menentukan curah hujan,
menentukan indeks kepemilikan tanah, mengidentifikasi daerah rawan longsor dan
banyak lainnya. Membangun sistem informasi geografis membutuhkan parameter yang
mempengaruhi kasus per kasus. Sebagai sebuah sistem, Sistem Informasi Geografis
memiliki karakteristik yang sama serta sistem yang dikembangkan di berbagai
bidang.
Fungsi sistem
informasi geografis meliputi sistem yang berasal dari pengembangan perangkat
keras dan perangkat lunak untuk keperluan pemetaan sehingga data wilayah dapat
disajikan pada sistem komputer. Perbedaan dari sistem informasi lain adalah
bahwa data tersebut terkait secara geografis dan mencakup data tekstual dan
grafis. Ini lebih dari sekadar mengubah kartu tradisional (tradisional) menjadi
kartu digital (dicetak atau disalin) untuk presentasi nanti. Sistem informasi
geografis mengumpulkan, menyimpan, mengubah, menampilkan, mengolah, mengintegrasikan,
dan menganalisis data spasial dari fenomena geografis suatu wilayah. Di samping
itu, Sistem informasi geografis juga dapat menyimpan data penting yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.
Kemampuan sistem
informasi geografis berbeda dari sistem informasi lainnya, yang membuatnya
berguna untuk menafsirkan rangkaian peristiwa yang berbeda, strategi
perencanaan, dan memprediksi apa yang akan terjadi. Di antara kemampuan sistem
informasi geografis adalah pemetaan lokasi, nat, dan pemetaan kepadatan (density). ArcGIS adalah produk sistem
persyaratan perangkat lunak, kumpulan produk perangkat lunak lain yang
dirancang untuk membangun sistem informasi geografis yang lengkap. Dengan latar
belakang ini, para pengembang ArcGIS merancang sejumlah kerangka kerja yang
siap untuk perbaikan berkelanjutan untuk memfasilitasi pembuatan aplikasi
sistem informasi geografis yang memenuhi kebutuhan pengguna.
Pengaplikasian
Sistem Informasi Geografis di Pertanian
Sistem
informasi geografis yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan tanaman
padi adalah tata letak peta. Letak peta adalah sistem informasi geografis yang
dirancang dengan menggabungkan beberapa peta terpisah. Letak peta ditumpuk
dengan minimal 2 letak peta yang berbeda. Pembuatan letak peta digunakan untuk
menentukan sebaran kepemilikan tanah. Selain itu, terdapat metode kesesuaian
lahan berbasis sistem informasi geografis yang dapat digunakan untuk pemetaan
khususnya himpunan fuzzy dan
pengambilan keputusan multi kriteria (Multi
Criteria Decision Making / MCDM). Metode himpunan fuzzy adalah metode yang mengacu pada model semantik impor (SIM),
yang banyak digunakan dalam penilaian negara. Pemodelan semantik impor (SIM)
menggunakan kurva S untuk mengevaluasi kinerja sifat tanah dalam kaitannya
dengan persyaratan pertumbuhan tanaman. Fuzzy
digunakan untuk memecahkan masalah serius dengan apa yang diwakili oleh logika
Boolean dan hanya benar atau salah, satu atau tidak. Penggunaan teori himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan bahwa
harus ada solusi berorientasi tidak benar atau salah untuk nilai keanggotaan (Membership Value / MF).
Nilai keanggotaan (Membership Value / MF) dihitung
menggunakan sistem informasi geografis vektor, sehingga data yang digunakan
berkorelasi baik dengan koordinat bumi. Pengambilan keputusan multi kriteria (Multi Criteria Decision Making / MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan
untuk menentukan alternatif terbaik dari sekumpulan alternatif berdasarkan
kriteria tertentu. Tergantung pada tingkat kognitif pembuat keputusan, teknik
pengambilan keputusan multi-kriteria (Multi
Criteria Decision Making / MCDM) secara umum dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu dengan kompensasi dan tanpa kompensasi. Teknik kompensasi /
offset memungkinkan timbal balik antara kriteria keputusan sehingga nilai yang
hilang dari satu kriteria dapat diimbangi dengan kelebihan kriteria lain.
Pengambilan keputusan multi-kriteria dan sistem informasi geografis (Multi Criteria Decision Making / MCDM)
diimplementasikan menggunakan Proses Analisis Reliabilitas Analitik (Analytical Hierarchy Process / AHP) ,
sebuah metode untuk menimbang bagian dari pengambilan keputusan multi-kriteria
(Multi Criteria Decision Making /
MCDM), pertama kali diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1980. Proses
Analisis Reliabilitas Analitik (Analytical
Hierarchy Process / AHP) dapat melakukan analisis secara simultan dan
terintegrasi antara parameter kualitatif, bahkan abstrak dan kuantitatif.
Misalnya, hasil klasifikasi tanah di suatu negara dapat diintegrasikan dengan
preferensi masyarakat, terutama dari perspektif sosial budaya. Compromise Programming (CoPr) adalah
salah satu teknik pengambilan keputusan multi kriteria (Multi Criteria Decision Making / MCDM) yang dikembangkan oleh M.
Zeleny pada tahun 1973. Compromise
Programming (CoPr) merupakan suatu metode untuk mengidentifikasikan solusi
yang paling mendekati ideal dengan menggunakan bobot yang telah dilakukan pada
proses Analisis Reliabilitas Analitik (Analytical
Hierarchy Process / AHP). Data yang
biasanya digunakan untuk pembuatan tata letak peta ada dua yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden
atau objek yang diteliti secara langsung. Sedangkan, data sekunder merupakan
data yang berupa peta tematik seperti peta penggunaan lahan, geologi, lereng,
batas kecamatan, dan jenis tanahnya. Berikut ini adalah contoh gambar
pengaplikasian sistem informasi geografis dengan menggunakan tata letak peta
pada Kota Kupang.
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kota Kupang
Gambar 2. Peta Geologi Kota Kupang
Gambar 3. Peta Lereng Kota Kupang
Gambar 4. Peta Batas Kecamatan
Kota Kupang
Dari beberapa contoh gambar
pengaplikasian sistem informasi geografis dengan menggunakan tata letak peta
pada Kota Kupang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan terdapat
hubungan antara hubungan Indeks Kesesuaian Lahan dan produktivitas padi. Selain
itu, terdapat 59% proposi keragaman nilai produktivitas padi yang dapat
dijelaskan oleh nilai Indeks Kesesuaian Lahan melalui hubungan linier.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang Aplikasi Sistem Informasi Geografis Sebagai Indikator Dasar Pertanian Berkelanjutan dapat disimpulkan proses penilaian lahan terutama didasarkan pada kenyataan bahwa penggunaan lahan yang berbeda memiliki persyaratan yang berbeda, informasi yang dibutuhkan dalam penilaian lahan mencakup tiga aspek utama: lahan, penggunaan lahan dan penggunaan lahan, lahan dan aspek ekonomi. Sistem informasi perlu dikembangkan untuk menjamin koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan Kementerian Pertanian dan swasta.Sistem informasi geografis berguna untuk mengidentifikasi komunitas atau kumpulan pengetahuan tertentu. Kemampuan sistem informasi geografis berbeda dari sistem informasi lainnya, yang membuatnya berguna untuk menafsirkan rangkaian peristiwa yang berbeda, strategi perencanaan, dan memprediksi apa yang akan terjadi. Sistem informasi geografis yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan tanaman padi adalah tata letak peta. Selain itu, terdapat metode kesesuaian lahan berbasis sistem informasi geografis yang dapat digunakan untuk pemetaan khususnya himpunan fuzzy dan pengambilan keputusan multi kriteria (Multi Criteria Decision Making / MCDM). Pengambilan keputusan multi-kriteria dan sistem informasi geografis (Multi Criteria Decision Making / MCDM) diimplementasikan menggunakan Proses Analisis Reliabilitas Analitik (Analytical Hierarchy Process / AHP). Dari beberapa contoh gambar pengaplikasian sistem informasi geografis dengan menggunakan tata letak peta pada Kota Kupang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan terdapat hubungan antara hubungan Indeks Kesesuaian Lahan dan produktivitas padi.
Sumber:
Nappu, Edwin A.P., Tiwuk Widiastusti., dan Arfan Y. Mauko. (2019). Implementasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Indeks Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Di Kota Kupang Menggunakan Metode Skoring. Jurnal Komputer dan Informatika, 7 (1), 79 – 86.
Putri, Deyu Zahraini. (2017). Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.) Di Desa Sukorejo
Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batubara. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Tanjung, Zul Fadli. (2019). Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Mengidentifikasi Lahan Pangan Berkelanjutan Pada Areal Persawahan Di Kota PadangSidimpuan. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Comments
Post a Comment